Translate

Senin, 03 September 2012


Masa Orientasi yang Penuh Nilai Prestasi
Masa Perkenalan Fakultas Peternakan (MPF-D)
“Meet Cowboy 48”


            Pandangan sebagian orang terhadap peternakan identik dengan hewan ternak, kotor, bauk, hidup di kandang, dll, itulah yang dirasakan para mahasiswa baru Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor angkatan 48. Banyak diantara mereka yang tidak memilih Fakultas Peternakan sebagai pilihan pertama, melainkan pilihan kedua ataupun pilihan ketiga. Pandangan yang sempit terhadap dunia peternakan itulah yang membuat mahasiswa baru merasa bingung terhadap masa depannya. Dalam menjawab keluhan mahasiswa baru Fakultas Peternakan tersebut, dilaksanakanlah kegiatan orientasi yang bertujuan untuk memperkenalkan fakultas dan prospek lulusan peternakan serta menumbuhkan jiwa semangat pemuda yang berprestasi.
            Masa Perkenalan Fakultas (MPF), Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor adalah kegiatan orientasi mahasiswa baru yang diselenggarakan setiap tahunnya. Tahun ini, kegiatan MPF tersebut diberi nama “Meet Cowboy 48” dengan tema “Membangun Solidaritas untuk Generasi Peternakan yang Berkualitas”. Meet Cowboy 48 diselenggarakan pada tanggal 26, 27, 28 Agustus 2012. Rangkaian kegiatan MPF setiap harinya ditanamkan dengan nilai-nilai prestatif yang terdapat disetiap kegiatannya. Nilai-nilai tersebut terangkai dalam Hexagonal Point of Bee (enam poin dari lebah yang menjadi icon dari Meet Cowboy 48) yang terdiri dari nilai-nilai “Religius, Intelectual, Solidarity, Teamwork, Entrepreneurship, dan Leadership”.
            Setiap kegiatan selama MPF diberi nama istila-istilah peternakan sesuai dengan bidang ilmu mahasiswa Fakultas Peternakan. MPF hari pertama (26 Agustus 2012) yang dilaksanakan di gedung auditorium JHH Fakultas Peternakan resmi dibuka oleh Dekan Fakultas Peternakan, Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi fakultas baik secara akademik maupun non-akademik yang disampaikan oleh Wakil Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc., Kepala Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr., Sekertaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si., dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan kehidupan di fakultas dan memberi arahan serta bimbingan terhadap akademik dan kegiatan organisasi mahasiswa Fakultas Peternakan. Kegiatan MPF hari pertama tertanam nilai religius yang terdapat pada sesi waktu ibadah dan penyampaian materi keagamaan, dan intelectual yang terdapat pada kegiatan sosialisasi fakultas secara akademik maupun non-akademik dan sesi tour kandang.
            MPF hari kedua pada 27 Agustus 2012 yang dilaksanakan di tempat yang sama terdapat nilai-nilai Entrepreneurship yang diterapkan pada sesi talkshow yang diberi nama DEdAK (Dialog Entrepreneurship dengan Anak Kandang), yang disampaikan oleh para alumni sukses di bidang peternakan. Alumni sukses yang hadir adalah Ir. Harianto Budi, MM., dan  Ichsan Wahyudi, S.Pt. MBA. MA. Pada sesi DEdAK bertujuan untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa baru bahwa dunia peternakan adalah dunia yang memiliki masa depan yang cerah. Pembicara menyampaikan materi mengenai kehidupan ketika menjadi mahasiswa peternakan dan memberikan tips-tips kiat sukses selama menjadi mahasiswa dan menjadi lulusan yang sukses dibidang peternakan. Selain nilai Entrepreneurship, nilai Intelectual terdapat pada sesi talkshow yang diberi nama Premix (Pergerakan Mahasiswa in Action). Pada sesi Premix materi disampaikan oleh mahasiswa berprestasi Fakultas Peternakan, Acep Usman, dan aktivis mahasiswa Satriyo Ardi, S.Pt. Sesi tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa baru untuk meraih banyak prestasi selama menjadi mahasiswa peternakan. Kemudian, untuk menanamkan nilai empati terhadap sesama, terdapat acara bakti sosial, yaitu pemberian sembako yang berasal dari para peserta dan diberikan kepada para pegawai kebersihan di lingkungan Fakultas Peternakan.
            MPF hari ketiga (28 Agustus 2012) merupakan puncak dari serangkaian kegaiatan MPF. Dalam membangkitkan kebersamaan, nilai-nilai Solidarity, Teamwork, dan Leadership terdapat pada kegiatan outbond yang dilaksanakan di area UP3J IPB (Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol IPB). Ditengah padang penggembalaan, para mahasiswa baru berjalan mencari pos-pos yang terdapat permainan di setiap posnya. Dalam perjalanan kesetiap posnya, mahasiswa baru dapat sambil berinteraksi dengan hewan ternak yang digembalakan seperti sapi, kerbau, domba, dan kuda. Panas teriknya matahari tidak membuat mahasiswa baru merasa lelah, keceriaan tampak hingga acara outbond selesai. Tujuan dari dilakukannya outbond ini selain untuk menanamkan nilai Solidarity, Teamwork, dan Leadership, tetapi malatih jiwa mahasiswa peternakan yang tanggu terhadap medan di lapangan.  Setelah outbond, sore harinya, para peserta MPF berkumpul di depan wisma untuk  melanjutkan sesi CGM (Cowboy Group Meeting).
             Pada sesi CGM, seluruh peserta dan panitia mengenakan pakaian ala koboy dengan kemeja kotak-kotak dan topi koboy. CGM adalah kegiatan talkshow interaktif dari beberapa narasumber yang berasal dari alumni Fakultas Peternakan IPB, diantaranya Dr. Ir. Suswono, MMA yang menjabat sebagai Menteri Pertanian Republik Indonesia, Ir. Syukur Iwantoro, MS. yang menjabat sebagai Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kemudian hadir pula Rektor Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Hery Suhardiyanto, M.Sc., dan pada sesi tersebut dimoderatori oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. Seluruh narasumber terlihat kompak menggunakan pakaian ala koboy dengan kemeja kotak-kotak dan topi koboy. Dosen-dosen yang hadir pun ikut menggunakan pakaian ala koboy.
            Dalam sambutannya, Menteri Pertanian menyampaikan pean,"Siapkan diri kalian untuk bekarya yang menghasilkan inovasi dalam mengembangkan pertanian dan peternakan Indonesia,". Bapak Suswono pun  mengatakan, “para mahasiswa perlu menyusun rencana untuk mewujudkan keinginannya. Tanpa perencanaan,  merupakan awal dari kegagalan”. Sedangkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan memberi pesan “Manfaatkanlah ketika menjadi mahasiswa peternakan, bangun networking dan perbanyak pengalaman, bersiaplah menyambut masa depan yang cerah”. Rektor IPB menambahkan, “Mahasiswa IPB adalah pionir dalam kemajuan pertanian khususnya peternakan di Indonesia, banggalah menjadi mahasiswa peternakan dan raih prestasi untuk membangun negeri”.
            Setelah sesi talkshow selesai, dilanjutkan dengan menanam tanaman pakan ternak bersama Menteri Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Rekor Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas Peternakan, dosen-dosen, dan seluruh panitia dan peserta MPF di area lahan UP3J IPB. Sebelum menanam, Menteri Pertanian dan Rektor IPB secara bergantian menggunakan traktor untuk mengolah tanah yang digunakan sebagai media tanam oleh hijauan makanan ternak.
Rasa bangga terhadap peternakan terlihat setelah rangkaian acara MPF selesai. Keceriaan dan rasa haru dan kebanggan disampaikan oleh beberapa peserta MPF sebelum kegiatan MPF selesai. Sesi terakhir adalah sesi saling memaafkan antara panitia dan peserta MPF, rasa sedih dan haru serta hiasan petasan kembang api mewarnai indahnya malam yang penuh dengan kehangatan.
Suksesnya acara MPF ini atas kerjasama dari keluarga besar civitas akademika Fakultas Peternakan dan Departemen, dan seluruh panitia dan peserta MPF, serta pihak sponshorship dari PT. Lembu Jantan Perkasa, NU Green Tea, MT Farm, media partner Green TV dan Centium.

Oleh : Hafidz Ilman Albana
            (Ketua Pelaksana MPF “Meet Cowboy 48”)
            hafidzilman@hotmail.co.id
            +6285718008027

Minggu, 15 Juli 2012


Prospek Peternakan di Pulai Nusa Tenggara Barat
Oleh : Hafidz Ilman A.*

            Nusa Tenggara Barat, pulau yang menyimpan sejuta keindahan dan sumberdaya alam menjadi bagian dari kekayaan Indonesia. Dengan luas total mencapai 20. 153 km2, pulau ini memiliki keberagaman suku dan budaya yang terdiri dari Suku Sasak, Suku Bima, Suku Sumbawa, Suku Bali, dan Suku Indo-Arya. Hamparan tanah yang luas menjadikan pulau ini berpotensi dibidang pertanian khususnya bidang peternakan. Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Bali dan Nusa Tenggara termasuk dalam wilayah yang konsen dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Fokus pertumbuhan ekonomi diwilayah ini adalah “Pintu Gerbang dan Pendukung Pangan Nasional”.  Dukungan pangan nasional dalam hal ini dapat dikatakan pendukung pangan hewani asal ternak.
            Sensus ternak pada 2011 lalu, populasi sapi nasional mencapai 14,8 juta ekor dan 14,18 % diantaranya berasal dari Bali dan Nusra dengan jumlah populasi 2,1 juta ekor. Tingkat pertumbuhan rata-rata populasi sapi pun tergolong cukup baik yaitu 5,32 % setiap tahunnya. Dengan tingkat pertubuhan sapi yang baik setiap tahunnya, populasi sapi akan terus meningkat dan akan menjadikan pulau Bali dan Nusa Tenggara menjadi pulau sapi.
            Mayoritas sapi yang berada di Bali dan Nusa Tenggara adalah sapi bali, termasuk di NTB. Sapi bali sudah adaptif sejak dahulu dengan kondisi lingkungan yang gersang dan panas serta tahan terhadap ketersediaan pakan yang minim. Sapi Bali di NTB memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibanding dengan sapi Bali asal provinsi lain. Di NTB masih terhampar luas lahan-lahan kosong, dan masyarakat sekitar menggunakan lahan tersebut sebagai ladang penggembalaan secara tradisional atau dengan metode pemeliharaan secara ekstensif, khususnya di daerah Sumbaawa yang masih terhampar luas lahan yang kosong. Berbeda dengan daerah Lombok yang mayoritas penduduk beternak secara intensif dan semi ekstensif.

Dukungan Pemerintah
            Melihat daerah NTB sangat potensial dalam meningkatkan perekonomian daerah dan nasional, Pemerintah Provinsi NTB membuat program untuk mendukung program pemerintah pusan mengenai swasembada daging pada tahun 2014. Program tersebut dinamakan program “Bumi Sejuta Sapi”. Program tersebut dicanangkan pada tahu 2011 dan terus dilakukan sampai saat ini. Manajemen pemeliharaan sapi oleh masyarakat sekitar masih dilakukan secara tradisional, tanpa memperhatikan keturunan dan juga persilangan. Hal tersebut yang menjadi salah satu tujuan dalam program “Bumi Sejuta Sapi”, yaitu untuk memperbaiki sistem pemeliharaan dengan menerapkan metode pencatatan atau recording agar sapi-sapi yang ada di NTB jelas asal usulnya dan menigkatkan produktifitas induk dan bibit. Dengan dilakukan recording, dapat mencegah terjadinya kawin sedarah (inbreeding) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas sapi. Bantuan yang diberikan dalam mendukung program ini adalah pemberian bibit  kepada para peternak yang baru ingin menjalankan usaha sebagai peternak.
            Peningkatan perekonomian daerah menjadi hal yang serius dilakukan oleh pemerintah provinsi NTB dengan mengeluarkan SK mengenai pengaturan harga sapi Bali yang dijual luar pulau NTB dan juga memberikan intensif harga untuk menggairahkan peternak dalam memproduksi bibit unggul. Dukungan serupa dikeluarkan oleh Bupati Mataram dengan mengeluarkan peraturan mengenai standarisasi perkandangan dan kesehatan indukan dan juga bibit sapi Bali. Dengan dukungan tersebut, NTB menjadi “suplier tunggal” sapi Bali dengan jumlah yang cukup banyak ke seluruh wilayah di Indonesia.

Membangun Investasi
            Titik fokus objek pariwisata dalam Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia, dituju pada Bali dan Nusra. Pulau Bali sudah sangat terkenal di dunia Internasional karena memiliki keindahan alam yang luar biasa yang mampu menyedot langsung para turis mancanegara untuk datang ke Bali. Terdapat puluhan atau mungkin ratusan investor yang berada di Bali untuk berbisni. Berbeda halnya dengan NTB yang masih dalam proses berkembang dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Jumlah investor di NTB masih tergolong minim, termasuk investor dalam bidang peternakan.
            Potensi bisnis di bidang peternakn sangat menjanjikan, pasalnya di NTB telah melakukan ekspor ternak hidup ke berbagai daerah di Indonesia  setiap tahunnya. Potensi yang menguntungkan bisa dilihat dari aspek hulu peternakan, yaitu mengenai pembibitan ternak yang memang pemerintah belum memiliki pembibitan. Proses pembibitan dengan menerapkan metode recording oleh swasta akan semakin bertambah populasi sapi Bali dengan mutu bibit yang lebih baik. Selain itu aspek yang menguntungkan pada peternakan adalah aspek hilir. Di NTB, khususnya di Lombok masih minimnya RPH (Rumah Potong Hewan), padahal harga jual sapi hidup dan daging sapi memiliki perbandingan harga yang signifikan. Kegiatan ekspor ternak non-bibit yang di NTB bisa diubang menjadi daging segar yang siap dikirm keberbagai daerah di Indonesia. Hal ini tentu lebih memudahkan dalam hal transportasi dan dapat mengurangi kuota daging impor setiap tahunnya.

Perkembangan Ekonomi Rakyat
            Mayoritas penduduk NTB bekerja di perkebunan dan juga di peternakan. Program pemerintah pusat dan daerah untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian nasional akan berdampak pada perekonomian rakyat. Menjawab dalam hal dukungan pangan nasional, NTB melalui program “Bumi Sejuta Sapi” ini memiliki tujuan utama yaitu terciptanya masyarakat yang mandiri dengan pengembangan peternakan sapi Bali. Dalam sebuah keluarga yang memiliki 2 orang anak, dapat menjalani kehidupan dengan beternak 5-10 ekor sapi dengan manajemen yang baik. Sapi yang dimiliki terdiri dari indukan, pejantan, dan pedet. Dengan bantuan dari tenaga penyuluh yang disediakan pemerintah, tentu perputaran ekonomi keluarga tersebut akan berjalan dengan baik.
            Keberadaan investor di NTB ini akan membantu perekonomian rmasyarakat sekitar. Dengan membentuk industri atau perusahaan, tentunya akan membutuhkan tenaga pekerja yang berasal dari masyarakat NTB. Sebagai contoh investasi dibidang pembibitan. Tenaga pekerja yang dibutuhkan adalah petugas kandang, petugas kebersihan lingkungan, dan tugas pencari pakan. Semua itu memiliki kuota yang berbeda-beda. Sejauh ini, dengan hal demikian lah para masyarakat bisa memperoleh nilai ekonomi tambahan untuk kesejahteraan masyarakat NTB.

Wisata Kekayaan Alam
            Kekayaan alam pulau NTB saat ini mulai berkembang dengan pesat, mulai dari manajemen pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam), hingga promosi ke mancanegara. Beberapa tempat yang menjadi andalan NTB khususunya Lombok yang menjadi tempat kunjungan para wisatawan adalah pantai Senggigi, Tanjung Aan, dan pantai di Gili Trawangan. Beberapa objek wisata tersebut telah menarik banyak wisatawan domestik maupun mancanegara. Potensi objek wisata di NTB sudah berkembang pesat dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan kepedulian masyarakat serta pemerintah terhadap keberadaan objek wisata di pulau NTB.
            Sejalan dengan program pemerintah NTB mengenai “Bumi Sejuta Sapi”, program tersebut memiliki potensi yang baik sebagai objek wisata yang berbasis edukasi. Kondisi peternakan rakyat bisa dijadikan objek wisata kepada para wisatawan yang berkunjung ke Lombok, NTB. Selain keindahan alam berupa pantai, NTB memiliki keindahan alam lainnya berupa pelestarian ternak lokal Indonesia. Wisatawan yang berkunjung diberi penjelasan mengenai potensi wilayah NTB dibidang peternakan dan pertanian. Hal tersebut akan berdampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat sekitar khususnya para peternak, dan sekaligus dapat menjadi ajang promosi nasional kepada para wisatawan asing mengenai potensi dan keunggulan ternak lokal Indonesia, dalam hal ini adalah sapi Bali. Dalam menjalankan program edukasi alam tersebut, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah pusat dan daerah gencar mengadakan promosi skala nasional maupun internasional untuk mengunjungi NTB yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang beragam. Pihak akademisi berperan dalam mendampingi masyarakat dan memberi pemahaman mengenai ternak secara keseluruhan.

*Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
  Email : hafidzilman@hotmail.co.id

Kreasi Kuliner Pangan Indonesia
Pada Produk Peternakan Dengan Sistem ASUH

            Indonesia sudah tidak dipungkiri lagi menjadi negara yang terkenal dengan berbagai macam kebudayaan. Dengan ribuan pulau yang terhampar diseluruh penjuru negeri, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negera yang kaya sumber daya alamnya. Beragam kebudayaan di Indonesia diimbangi dengan beragamnya jenis-jenis makanan tradisional. Makanan yang menjadikan subuah ciri khas dari setiap daerah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman kuliner di dunia. Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas yang mencirikan keberadaan suatu wilayah baik dalam lingkup nasional hingga Internasional.
            Opor ayam, tumis kangkung, semur daging, rendang, dendeng, gudeg, pecel, dan masih banyak lagi makanan khas lainnya menjadi contoh keberagaman pangan nusantara. Pangan yang berkualitas baik dengan nilai gizi yang seimbang menjadi kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat, namun di Indonesia hal yang terpenting adalah kehalalan dari produk pangan tersebut, terutama pangan asal hewan. Hal ini disebabkan karena Indonesia dihuni lebih dari 70% penduduk yang beragama islam. Halal menjadi suatu kewajiban dalam pangan bagi agama islam (umat muslim). Produk peternakan merupakan salah satu produk yang menjadi sorotan utama dalam bidang kehalalan pangan, pasalnya produk peternakan lah yang menjadi primadona masyarakat Indonesia dengan tingkat konsumtif yang tinggi. Berbagai macam produk pangan peternakan seperti daging, telur dan susu menjadi bahan dasar dalam proses pengolahan pangan yang kehalalannya selalu dipertanyakan.

Aman, Sehat, Utuh, dan  Halal (ASUH)
Hasil olahan pangan yang sehat dan bergizi tinggi telah melewati serangkaian proses, mulai dari hulu hingga hilir. Tahapan yang dilakukan terhadap bahan baku utama produk peternaka seperti daging, telur, dan susu akan diproses sesuai dengan tujuan pengolahan bahan baku dengan memperhatikan aspek keamanan, kebersihan, dan keutuhan kandungan nutrisi dari bahan baku, serta kehalalan yang lebih diutamakan bagi umat muslim. Penerapan sistem ASUH dikalangan peternak mulai diterapkan dibeberapa wilayah di Indonesia. Pada ternak ayam, di Jakarta Timur tepatnya di RPA (Rumah Potong Ayam) Rawa Kepiting telah menerapkan sistem ASUH pada proses pemotongannya. Metode yang diterapkan  di RPA setempat adalah dengan memotong secara islami, yaitu dengan meniatkan karena Allah dan membaca Basmallah serta doa. Selain itu, ayam yang sudah dipotong atau disembelih dan sudah dicabuti bulunya kemudian direndam dalam air dingin bersuhu 4oC selama 2 jam. Ayam yang direndam akan memiliki kualitas yang baik, karena pori-pori pada ayam tertutup sehingga daging ayam tidak terkontaminasi dari bakteri dan terlihat lebih segar, serta dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang akan membuat daging ayam cepat busuk. Permintaan ayam ASUH di RPA Rawa Kepiting setiap harinya cukup baik, yaitu terjual lebih dari 200 ekor.
Tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat (go green) mulai booming beberapa tahun kebelakang ini.                Penerapan sistem ASUH ini perlu diterapkan diberbagai peternakan dan juga rumah potong hewan lainnya agar kualitas pangan di Indonesia semakin baik. Penerapan sistem ASUH pada bagian hulu akan memberikan dampak yang baik pada bagian hilirnya. Keberagaman kuliner Indonesia yang berbahan baku produk peternakan seperti rendang, serundeng daging, sate daging dan telur, opor ayam, susu, keju, dan makanan lainnya yang menerapkan sistem ASUH akan menjadi makanan yang standar kesehatan dan kebutuhan gizi bagi masyarakat dan juga dapat dikonsumsi oleh semua golongan, terutama umat islam yang memperhatikan kehalalan pada setiap makanan. Penerapan sistem ASUH dari hulu hingga hilir perlu didukung oleh pemerintah dan juga masyarakat agar kualitas dari pangan Indonesia terutama produk peternakan mampu memenuhi kebutuhan dan menyehatkan baik secara jasmani maupun rohani serta kandungan protein asal hewani dapat membantu membangun karakter yang baik bagi masyarakat untuk mencerdaskan bangsa.
           
Teknologi pada Makanan Tradisional

      Keberagaman makanan dari setiap daerah menandakan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kreativitas yang tinggi. Keberagaman kuliner Indonesia memiliki cita rasa yang berbeda dari setiap daerah. Makanan Indonesia sudah banyak yang diakui secara nasional maupun internasional. Beberapa makanan yang menjadi sorotan nasional maupun internasional adalah tempe, gado-gado, sate, rendang, bakso, soto, gudeg, dan makanan lainnya. Hal yang membuat makanan Indonesia terkenal di dunia salah satunya adalah banyaknya turis yang berkunjung ke Indonesia dan merasakan beberapa makanan Indonesia. Makanan asli Indonesia, tempe, telah menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia bahkan keberadaan tempe sudah sampai ke Amerika dan Eropa. Dukungan dari stekholder terkait pun mulai berdatangan, Badan Standar Nasional (BSN) telah menetapkan tahun 2011 lalu tentang standar tempe tingkat internasional dalam  proyek New Work of Standard Regional Codex on Tempe. Bentuk olahan pangan yang berasal dari produk hewani adalah daging rendang yang berasal dari tanah Sumatera. Survei yang dilakukan lembaga survei dunia CNN, menempatkan rendang pada urutan pertama dalam World's 50 Most Delicious Foods. Banyaknya kuliner Indonesia yang telah diakui dunia perlu adanya proses pemasaran yang luas. Penerapan teknologi pada masakan Indonesia menjadi sebuah inovasi yang dapat mengembangkan kuliner Indonesia baik secara nasional maupun internasional.

Salah satu bentuk penerapan teknologi adalah dengan menggunakan proses pengalengan pada pangan nasional. Penerapan tersebut bertujuan untuk mempermudah makanan khas Indonesia dalam pemasaran secara nasional ataupun di ekspor. Hal ini dapat membangun jiwa nasionalisme dalam bidang makanan. Proses penyertaan label kehalalan pada produk kaleng wajib dicantumkan dalam penerapan teknologi tersebut.
            Peran stekholder memiliki posisi yang penting dalam proses penerapan teknologi pada kuliner Indonesia. Pasalnya pionir-pionir masakan tradisional ini dikelola oleh para masyarakat dalam lingkup usaha kecil dan menegah. Balai Pengenmbangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI, BPOM dan juga LPPOM MUI (lembaga serifikasi kehalalan) telah menjalin kerjasama dengan pemilik usaha gudeg di Yogyakarta dalam proses pengalengan. Gudeg yang diproduksi melalui penerapan teknologi pengalengan dengan sertifikasi kehalalan ini memproduksi 50.000 kaleng setiap bulannya dan dipasarkan keseluruh Indonesia hingga menembus pasar internasional (Singapura, Jepang, Inggris, dan Timur Tengah).

Pusat Kehalalan Dunia
            Sebagai negara muslim terbanyak di dunia, Indonesia memiliki posisi yang stratgis untuk menjadi pusat kehalalan dunia. Perhimpunan Lembaga Sertifikasi Halal Dunia (WHC) yang terdiri dari Amerika Serikat, Belgia, New Zealand, Australia, Brazil, Swiss, Jerman, Belanda, Polandia, Italia, Spanyol, Malaysia, Singapura, Philipina, Turki, Taiwan, dan Indonesia dibentuk di Jakata pada tahun 1999. Saat ini lembaga tersebut memiliki visi “bersama dalam menerapkan standar sertifikasi halal dunia” dan dipimpin oleh Indonesia. Keberadaan lembaga tersebut di Indonesia mendapat sambutan baik dari pemerintah dan akan menjadikan Indonesia sebagai pusat kehalalan dunia. Undang-undang dan standarisasi kehalalan nasional sedang dalam proses penyusunan. Percontohan produk kehalalan dunia dapat diaplikasikan melalui kuliner khas Indonesia dengan menerapkan sistem ASUH agar kualitas pangan nasional menjadi contoh makanan yang aman dikonsumsi, sehat, utuh, dan halal.



Oleh : Hafidz Ilman Albana
*Koordinator ISMAPETI (Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia) Wilayah 2 Indonesia.

Minggu, 01 Juli 2012

Cinta Untuk Bersahabat Dengan Peternakan



“Masalah pertanian adalah masalah hidup dan matinya suatu Bangsa”
Presiden Republik Indonesia ke-1
_ Ir. Soekarno_
            Sebuah perkataan yang singkat namun penuh dengan makna perjuangan. Sudut pandang presiden mengenai pertanian menjadi suatu hal yang penting dimasanya hingga saat ini, namun seiring dengan berjalannya waktu, era globalisasi telah singgah di Indonesia dan membuat suatu perubahan dalam bidang pertanian. Ladang sawah, perkebunan, pertambakan, dan peternakan sudah banyak berubah menjadi gedung-gedung tinggi perkantoran dan perumahan. Sebuah ironi bangsa yang besar dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 237 juta jiwa tidak diimbangi dengan lahan-lahan pertanian dalam arti luas yang memang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Sebagai contoh dalam pertanian, Karawang yang dikenal sebagai kota lumbung padi, kini tempat-tempat strategis yang dahulunya adalah ladang sawah berubah menjadi gedung-gedung yang bersifat pribadi. Samah halnya dalam bidang peternakan. Di Jakarta, didaerah Kuningan, dahulu masih terdapatnya banyak kelompok peternakan sapi perah, namun kebijakan dari Pemrov DKI telah merubah peternakan menjadi gedung perkantoran. Saat ini di Kuningan hanya terdapat 1 peternak sapi perah yang dahulu mencapai 30 peternak.
            Permasalahan tersebut ditambah dengan semakin sedikitnya generasi muda yang enggan melirik pertanian dan dalam hal ini sektor peternakan untuk terlibat dalam kehidpan para pemuda. Pandangan generasi pemuda terhadap peternakan dipandang negatif karena peternakan itu bau dan menjijikan. Memang dalam hal ini peternakan akan berhubungan dengan hal yang seperti itu, namun dibalik itu semua sektor peternakan memiliki prospek yang baik dalam menopang kehidupan bangsa. Generasi muda adalah generasi yang akan membawa perubahan dimasa yang akan datang. Generasi muda pembangun sektor peternakan menjadi penggerak untuk kemajuan peternakan di Indonesia. Hal itu semua didasari melalui paradigma dan sudut pandang untuk cinta pada peternakan.
Pendekatan Kreativitas
            Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini sudut pandang dari beberapa pemuda terhadap peternakan dipandang negatif (bau dan menjijikan). Dalam mewujudkan generasi muda yang cinta terhadap peternakan, perlu adanya pendekatan sudut pandang untuk mengubah paradigma pemuda terhadap peternakan. Salah satu cara adalah dengan sosialisasi pendekatan kreativitas peternakan bagi para pemuda. Perlu adanya bentuk kerjasama antara pemerintah dan juga pihak akademisi untuk membangun sudut pandang positif terhadap peternakan. Pemerintah dapat berperan dalam menentukan suatu kebijakan dalam membentuk generasi muda yang cinta terhadap pertanian dalam arti luas yang meliputi bidang peternakan. Sedangkan akademisi dapat mensosialisasikan ilmu peternakan dengan pendekatan kreativitas. Dalam hal ini pihak akademisi adalah mahasiswa peternakan. Mahasiswa peternakan memiliki posisi yang ideal dalam membangun paradigma pemuda untuk cinta peternakan.
            Kegiatan mahasiswa yang lebih bersifat sosial dapat dimanfaatkan untuk membangun para generasi muda diluar mahasiswa peternakan untuk cinta terhadap peternakan. Kegiatan sosialisasi berupa kampanye gizi bagi para masyarakat dan juga pemuda perlu ditingkatkan, selain itu pendekatan kreativitas peternakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan menyayangi hewan, khususnya hewan ternak, ataupun dapat mengadakan pentas kesenian peternakan, salah satu contohnya adalah lomba mewarnai dengan target sasaran siswa-siswi di TK, SD, SMP, dan SMA. Intensitas kegiatan peternakan terhadap generasi muda dengan sendirinya akan terbentuk sudut pandang bahwa pentingnya peternakan bagi generasi muda dan masyarakat Indonesia. Paradigma yang positif pada peternakan akan menimbulkan rasa cinta untuk bersahabat dengan peternakan.

Oleh : Hafidz Ilman Albana